SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOG IWAN ALINURDIN SEMOGA BERMANFAAT.

Minggu, 11 Desember 2011

MENGANALISIS UNSUR-UNSUR PROSA


Prosa adalah karangan yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas yang tidak terikat oleh rima dan irama. Prosa pada umunmya merupakan carnpuran dari bentuk dialog dan monolog. Dalam bentuk cerita, prosa mengandung tokoh alur dan latar. Prosa yang berbentuk demikian adalah dongeng, cerpen, dan novel.
a.       Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi. Misalnya, orangyang dapat berganti rupa, binatang yang dapat berkata-kata seperti manusia dan orang yang dapat hilang dan dapat terbang. Contoh dongeng, Malin Kundang, Si Kancil dan Buaya.
b.       Cerpen (cerita pendek) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalarn  cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh peertikaian, peristiwa yang rnengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
c.        Novel berasal dan bahasa Italia novella yang berarti sebuah barang banu yang kecil. Kemudian, kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atan beberapa orang tokoh.
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah.

Matahari Tak Terbit Pagi Ini
Cerpen Fakhrunnas MA Jabbar
Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. hari-harimu pasti berubah jadi pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak rnengembalikan sesuatu yang hilang itu dengan sekuat daya. namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalirnat do’a yang tak putus-putusnya.
Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini. Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan kemilau cahaya tetapi sadah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul eocara perkasa dan penuh cahaya.
Kaulah matahari itu. bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga tak tak terkoyak oleh waktu, tiba-tiba kita harus berpencar di bawah langit menuju sudut-sudut yang kosong. Kekosongan itu kita bawa melewati jejalan kesedihan.Kita harus terpisah jauh menjalani kodrat diri yang termaktub di singgasana luhl mahfudz. Semula kita begitu dekat. Lantas terpisah jauh oleh lempengan waktu.
Kita mengisi halaman-halaman kosong kehidupan kita dengan denyut nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun dan berlalu begitu mudah. Dan kita pun berternu lagi dengan perasaan yang asing hingaa kita begitu sulit memahami siapa diri kita sebenarnya.
Di ruang kosong yang semula dipennhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan bola-bolarindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bengesekan satu dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atm Papavarotti. Irama itu menyayat-nyayat-hati kita hingga mengukit potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang niscaya dkingkahi temararn bahkan kegelapan.
Andai sejarati boleh terus diperpanjang membawa motos dan legendanya, maka dirimu boleh jadi termaktub pada pohon ranji sejarah itu. Boleh jadi, kau akan tampil sebagai permaisuri atau pun Tuanku Putri yang molek. Mungkin, berada di bawah bayang-bayang Engku Putri Hamidah, Puan Bulang Cahaya ataupun siapa saja yang pernah mengusung regalia kerajaan yang membesarkan marwah perempuan.
Aku tiba-tiba jadi kehitangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub-kutub kosong itu. Kusebut saja, kutub rindu. Aku tak mungkin menuangkan tumpukan warna di kanvas yang penuh garis dan kata ibarat sebab lukisan agung ini tak kunjung selesai. Masih diperlukan banyak sentuhan Kuas dan cairan cat warna-warni hingga lukisan ini mendekati sempurna. Kita telah menggoreskan kain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang tanpa batas.
Masih ingatkah kau bagaimana langit-langit kamar itu penuh getar dan kabar. Tiap pintu dan tingkap dipenuhi ikrar kita. Dan bola lampu temaram memburaikan janji-janji. Sebuah percintaan agung sedang dipentaskan di bawah arahan sutradara semesta. Kau membilang percik air yang berjatuhan di danau kecil di sudut pekarangan jiwa dalan kecup dan harum mawar,
Bahkan tubuh kita terguyuri embun yang terbang menembus kisi-kisi tingkap hingga tubuh jadi dingin. Malam-malam penuh mimpi dan keceriaan bagaikan sepasang angsa yang mengibas-ngibaskan bulu-bulu beningnya. Kau redupkan cahaya lampu di tiap penjuru hingga sejarah dapat dituliskan secara khidmat dan penuh makna. Kau menatap langit-langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kau tulis denga desah napasmu. Kita merecup semua getar irama percintaan itu tiada batas.
Malam itu siapapapun tak butuh matahari. Sebab, ada bulan yang bersaksi. Kita hanya butuh setitik cahaya guna penentu arah belaka. Selebihnya sunyi menyebat kita dan tiupan angin yang melompat lewat kisi-kisi jendela yang agak terdebah. Dengan apakah kulukiskan pertemuan kita,  Kekasih ? Chairil sempat bertanya seketika.
Ah, tak cukup kata member makna, katamu dan isyarat sepasang angsa yang saling menggosokkan paruh-paruhnya. Bagaikan peladang kitapun sudah pula bertanam dan menebar benih. Kelak, katamu aka nada buah yang bakal dipetik sebagai kebulatan hati yang begitu mudah terjadi tanpa paksa dan janji. Dan kitapun terus saja bertanam agar daun-daun yang bertumbuh kelak dapat menangkap fotosintesis matahari. Di tiap helai daun itu bermunculan nama kita sebagai sebuah keabadian. Anadai matahari tak terbit lagi saat pagi merona, kita masih menyimpan sedikit cahaya di helai-helai daun yang berguncang dihembus angin sepanjang hari.
Sungguh, matahari tak terbit pagi ini. Bagai aku kehilangan dirimu yang berhari-hari menangkap cahaya hingga memekarkan kelopak bunga dijiwa. Percintaan ini penuh wangi dan warna. Penuh hijau daun dan kupu-kupu yang menyemai spora di mahkota bunga.
Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu terganggu sebab cahava tak ada. Memang tak pernah matahari tak terbit memeluk bumi. Tapi, bagi kami, kala barada jauh, keadaan begitu gelap dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kita merasa ada yang terenggut tanpa sengaja. Serasa ada yang tercerabut dari akar yang semula menghujam jauh di ranah.
Kita bagaikan orang tak punya pilihan saat berada dipcrsimpangan tak bertanda. Syukurlah, kita tak pernah kehilangan arah tempat bertuju di perjalanan berikutnya. Hidup ini penuh gurindam dan bidal Melayu yang memagari ruang dan langkah kita nenuju titik terjauh yang harus dilompati. Kata-kata yang berdesakan di bait puisi dan lirik lagu menebar wangi hari-hariku.
takkan kutemui wanita seperti dirimu
takkan kudapatkan rasa cinta ini
kubayangkan bila engkau datang
kupeluk bahagia kan daku
kuserahkan seluruh hidupku
menjadi penjaga hatiku
Suara Ari Lasso lewat Penjaga hati itu mengalir pelan-pelan dari tembok-tembok kegelapan yang mengepungku. Benar kata emak dulu. Kita akan tahu makna sesuatu ketika ia telah berlalu. Apalagi berada jauh yang tak tersentuh.
Matahari tak terbit pagi ni. Begitu lah kita merasakan saat diri kita berada di kutub yang berjauhan. Di perlukan garis waktu untuk mempertemukan kedua tebing kutub itu. atau, kita harus kuat merenangi laut salju yang kental atau menyelam di bawah bongkahan es yang dingin menyengat tubuh. Begitu diperlukan segala daya untuk menemukan sesuatu yang lenyap begitu cepat saat diri memerlukan setitik cahaya.
Apa perasaanmu kini? Kau telan kesendirian itu di kejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang tersaput luka rindu kita. Andai kita bisa menolak gumpal awan dan menyeruakkan matahari kembali, begitulah takdir yang hendak kita bentangkan di kitab sejarah sepanjang masa. Tapi, kita akan cepat lelah. Menyeruakkan awan untuk menyembulkan garang matahari bukanlah hal yang mudah. Kita butuh sejuta tangan dan cakar untuk menaklukkan segenap awan dan matahari itu.
Kau ingat kan, kisah Qays dan Laila atau Romeo dan Juliet yang memburaikan banyak kenangan bagi jutaan orang. Kau pun ada dalam bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu ada manik-manik kasih mengalir di samudera kehidupan yang maha-luas ini. Meski kadangkala suaramu tersekat melempar tanya kala anugerah kasih ini terbit di ujung usia. Tak bolehknh kita mereguk kebahagiaan di sisa waktu yang masih tersedia meski semua jalan yang terbuka di depan bagai tak berujung jua. “Aku takut bila aku berubah, Tapi tak akan pernah, pangeranku, ucapmu pelan.
Garis panjang waktu itu mendedahkan kemungkinan-kemungkinan yang sulit diraba. Banyak ancaman yang siap mengepung kita hingga merobek tabir setia. Ya, kesetiaan tak kasat mata. Hanya ada di bilik hati. Ingin aku menjenguk bilik hatimu setiap saat, tapi tak bisa. Pintu hati itu tak setiap waktu bisa terbuka. Andai kau bangun esok pagi. nankan selalu matahari akan terbit sepérti janji yang diucapkannya pada semesta. Di helai cahaya matahari itu selalu ada kéhangatan yang meresap di keping-keping jiwamu (Sumber : Republika, 4 November 2007)

Prosa itu dikelompokkan ke dalam bentuk cerpen. Sebagaimana halnya bentuk prosa lainnya, cerpen dibentuk oleh unsur-unsur tertentu. Berikut analisis unsure-unsur itu untuk cerpen di atas.
a.       Tema atau pokok cerpen di atas adalah kerinduan seseorang pada yang dikasihinya. Mereka berpisah karena “nasib” yang tidak bisa mereka tolak.
b.       Alur cerpen itu sangat pendek, yakni bergerak seputar kondisi batin tokoh utama  begitu kehilangaa orang yang dikasihiñya. Meskipun demikian. alur dasar dan cerpen itu tetap ada, yakni sebagai berikut.
1)       Mula-mula diawali dengan cerita tentang rasa kehilangan. kecewa, dan kekosongan jiwa yang dialami tokoh aku setelah orang yang dikasihi itu tiada lagi dari sampingaya.
2)       Dilanjutkan dengan kisah lain mereka yang dipenuhi dengan mimpi dan keceriaan.
3)       Cerita kembali pada kondisi tokoh aku yang berada dalam kesendirian dan berharap ia bisa bersama kembali dengan orang yang selalu dirindukannya itu.
c.        Latar  cerita itu tidak secara tegas menyatakan di mana dan kapannya. Memang sulit untuk mendeskripsikan latar cerita itu secara jelas. Cerpen itu lebih banyak mengungkapkan isi hati tokoh yang tidak pasti di mana dan kapan kejadiannya. Namun, secara sepintas cerita itu menyebut-nyebut latar tempat, yakni kamar. Sementara itu, latar waktu, seperti yang diungkapkan dalam  judulnya, yakni pada pagi hari.
d.       Penokohannya hanya mengangkat dua pelaku, yakni aku dan karnu.
1)       Aku sebagai tokoh utama cerita ini berwatak romantis, penuh pengertian, dan penyabar. Hal ini tampak dari perkataannya yang berbunga-bunga dan polesan-polesan yang sifatnya melebih-lebihkan. Walaupun Ia harus berpisah dengan orang yang dikasihinya, yang itupun masih dalam serba kemungkinan.
2)       Kamu merupakan tokoh pendamping (figuran) yang karakter-karakternya diceritakan melalui tokoh aku. Melalui ceritanya itu dapat diketahui bahwa “kamu” adalah seorang yang bertawakal dan penuh kehangatan. Karena Itu, tokoh aku menyebutnya sebagai bidadari. Tokoh kamu juga berwatak setia dan memiliki keteguhan hati. Watak tersebut seperti yang tampak pada cuplikan berikut.
a)       “Aku takut bila aku berubah. Tapi tak akan pernah, pangeranku” ucapmu pelan.
b)       Kau telan kesendirian itu dikejauhan sambil berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang tersaput luka rindu kita.
c)       Kau pun ada dalarn bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu ada manik-manik kasih mengalir di samudera kehidupan yang maha-Inas ini.
e.        Sudut pandang bersifat mengakukan. Dengan demikian cerpen itu menggunakan sudut pandang orang pertama yang sekaligus berperan sebagai tokoh utama. Berikut contoh petikannya.
Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub- kutub kosong itu. Kusebut saja, kutub rindu. Aku tak mungkin menuangkan tumpukan warna di kanvas yang penuh garis dan kata ibarat sebab lukisan agung ini tak kunjung selesai. Masih diperlukan banyak sentuhan kuas dan cairan cat warna-warni hingga lukisan ini mendekati sempurna. Kita telah menggoreskan kain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang tanpa batas.

f.        Amanat cerpen itu tentang betapa berartinya seorang yang dikasihi dalam sebuah kehidupan. Ketiadaannya bisa menyebabkan hidup menjadi sunyi, tidak indah, dan serasa tidak bermakna lagi Amanat tersebut tampak pada kutipan berikut.
Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu ternganga sebab cahaya tak ada. Memang, tak pernah matahari tak terbit memeluk bumi. Tapi, bagi kita, kala berada jauh. keadaan begitu gelap dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kita merasa ada yang terenggut tanpa sengaja. Serasa ada yang tercerabut dari akar yang semula menghunjam jauh di tanah.

1 komentar:

  1. Terimakasih Bung atas ulasan cerpen saya. Ulasan Anda telah menjadikan diri semakin banyak tahu. Salam dan teruslah kreatif. Salam dari Tanah Melayu Riau - Fakhrunnas MA Jabbar: fakhrunnas_jabbar@yahoo.com

    BalasHapus